Mahasiswa Ilmu Kelautan Gelar Aksi Sumpah Pemuda Dengan Aksi Bersih-Bersih di Kawasan Wisata Pesisir: Memperingati hari sumpah pemuda

Pontianak 28 oktober 2025
Puluhan mahasiswa yang tergabung dalam Himpunan Mahasiswa Ilmu Kelautan (HIMAIKA) dari [Universitas Oso] turun langsung ke salah satu kawasan wisata pesisir di [Ekowisata Telok Berdiri], Selsa (28/10/2025), dalam aksi bersih-bersih pantai bertajuk “Laut Bukan Tempat Sampah”. Kegiatan ini menjadi wujud nyata kepedulian generasi muda akademisi kelautan terhadap krisis sampah plastik yang kian mencemari ekosistem laut Kalimantan barat.
Dalam kegiatan tersebut, mahasiswa berhasil mengumpulkan ratusan kilogram sampah, yang sebagian besar dan di kategorikan menjadi 3 bagian mega-debris. macro-debris, meso-debris, seperti terdiri dari plastik sekali pakai botol, kantong, kemasan makanan, hingga sambah buangan dari industri, Lokasi yang menjadi destinasi wisata populer ini, ternyata menyimpan persoalan serius terkait pengelolaan sampah yang belum optimal di Kalimantan Barat.
“Kami melihat langsung bagaimana ekosistem pesisir yang ada di Kalimantan Barat seharusnya menjadi kawasan konservasi dan pariwisata justru berubah menjadi tempat persinggahan, bahkan tempat menumpuknya sampah dari hulu. Sebagai mahasiswa ilmu kelautan, kami tidak bisa tinggal diam ketika laut—ruang hidup jutaan spesies—diperlakukan seperti ini,” ujar [Leonardy Saputra] KETUA PELAKSANA


Para mahasiswa menyoroti bahwa persoalan sampah plastik di laut tidak hanya berasal dari aktivitas wisatawan, tetapi juga dari sistem pengelolaan sampah di daratan yang tidak efisien. Sampah-sampah dari pemukiman warga, pasar, hingga industri kecil mengalir melalui sungai dan bermuara di laut. Kombinasi antara perilaku tidak bertanggung jawab dan minimnya edukasi lingkungan turut memperparah krisis limhkungan di Kalimantan barat.
“Sampah plastik yang masuk ke laut bukan hanya kesalahan pengunjung pantai, tapi juga karena buruknya sistem tata kelola sampah di daratan. Limbah rumah tangga yang tidak terkelola dengan baik akhirnya terbawa arus sungai dan menetap di pesisir,” ungkap [Muhammad Ehsan], mahasiswa Ilmu kelautan Universitas Oso.
Lebih lanjut, HIMAIKA mencatat bahwa tidak adanya regulasi tegas pemerintah Kalimantan Barat tentang penangganan sampah dan fasilitas pengelolaan sampah di kawasan wisata membuat sampah tidak hanya masuk tanpa penyaringan, tapi juga keluar ke laut terbuka tanpa proses pemulihan, memperparah pencemaran di ekosistem laut lepas.
Tak hanya membersihkan sampah, HIMAIKA juga menggelar edukasi terbuka lingkungan kepada pengunjung wisata serta warga sekitar. Mahasiswa membagikan fakta-fakta ilmiah tentang dampak plastik terhadap biota laut, termasuk potensi akumulasi mikroplastik dalam rantai makanan yang bisa kembali dikonsumsi manusia.
Sebagai akademisi dan aktivis Universitas Oso di bidang kelautan, para mahasiswa menekankan pentingnya pendekatan ilmiah dalam menangani permasalahan lingkungan. Mereka juga mendorong agar hasil riset-riset di kampus tidak berhenti di jurnal ilmiah, melainkan menjadi dasar kebijakan dan gerakan sosial yang konkret.
“Kampus bukan hanya tempat menulis skripsi, tapi laboratorium nyata untuk mengubah daerah kita. Sebagai mahasiswa, kami punya tanggung jawab moral dan intelektual untuk menjadi bagian dari solusi,” tegas [Siska].
Bagi para mahasiswa ini, Sumpah Pemuda bukan hanya soal identitas bangsa, tapi juga tanggung jawab generasi. Mereka menyuarakan bahwa persoalan krisis iklim, pencemaran laut, dan kerusakan ekosistem harus menjadi bagian dari kesadaran kolektif kaum muda Indonesia.
“Dulu pemuda mengangkat senjata untuk kemerdekaan. Hari ini, kami mengangkat karung sampah untuk masa depan Kalimantan Barat. Ini mungkin terlihat kecil, tapi dari tindakan kecil inilah gerakan besar dimulai,” tutup [Leonardy Saputra], dengan mata yang menatap cakrawala laut.
Steatment Penutup Ketua Pelaksana Leonardy Saputra: Dari Pantai untuk Negeri
‘Aksi bersih-bersih pantai oleh HIMAIKA menjadi simbol bahwa peran pemuda tidak pernah selesai. Dari deklarasi Sumpah Pemuda 1928 hingga perjuangan melawan krisis ekologi hari ini, suara pemuda tetap menjadi harapan. Harapan bahwa suatu hari nanti, laut Indonesia bisa kembali bersih, biru, dan lestari — bukan karena keajaiban, tapi karena kesadaran dan kerja keras bersama’ Ucap